Operasionalisasi bis rupanya jauh berbeda dari kendaraan biasa misalnya mobil penumpang. Salah satunya yang memikat perhatian ialah saat isi solar di SPBU, seringkali kita memerhatikan sopir atau awak yang mematikan mesin busnya. Alasan Tentang Bus Saat Isi Solar Dan Parkir Tak Matikan Mesin.
Tidak hanya itu, rutinitas ini kerap ditemui saat bis parkir di rest tempat atau rumah makan. Walau sebenarnya lama waktunya bis stop termasuk lama, dimulai dari 15 sampai 60 menit bergantung lama waktunya istirahat. Ini selanjutnya munculkan pertanyaan, mengapa ya tidak dimatikan saja mesinnya?
Walau sebenarnya dalam ketentuan tercatat yang tercantum di SPBU, ada selalu saran untuk mematikan mesin saat isi bahan bakar. Masalahnya mempunyai potensi terjadi kebakaran karena elemen terciptanya api dari uap bahan bakar saat pengisian, oksigen, dan panas mesin.
Tentang ini, Technical Pelatihan dan Dukungan Center Dept. Head PT Hino Motor Saels Indonesia (HMSI) Suyadi menjelaskan, rutinitas itu tersangkut pada faktor kenyamanan penumpang dan keamanan yang terkait pada faktor tehnis bis, terutamanya pada bidang dapur picu.
“Dapat bergantung keperluan, jadi ingin dimatikan atau mungkin tidak bukan masalah. Umumnya bis pariwisata jika mesinnya dimatikan kelak penumpangnya protes, AC-nya mati masalahnya,” ucapnya saat dikontak AutoFun Indonesia.
Alasan Tentang Bus Saat Isi Solar Dan Parkir Tak Matikan Mesin. Adapun argumen yang lain terkait elemen teknikal mesin bus. Untuk selalu jaga perform mesin masih tetap maksimal, karena itu sopir biarkan busnya masih tetap hidup. Karena karakter mesin diesel berlainan dengan mesin bensin biasa.
Bahan bakar solar tidak gampang terbakar semestinya bensin yang terserang kombinasi udara dan recikan api langsung terbakar. Untuk solar sesudah masuk ruangan bakar, baru dapat terbakar sesudah mendapatkan udara bertekanan (kompresi) tinggi di suhu 650 sampai 750 derajat.
Jauhi Waktu Nantikan Mesin Bagus
Jika dimatikan, karena itu suhu mesin perlahan-lahan menurun. Mengakibatkan saat dihidupkan kembali tidak bisa langsung janjikan akselerasi maksimal. Sekurang-kurangnya harus menanti idling sepanjang beberapa saat dahulu menunggu temperatur mesin naik.
Waktu nantikan menunggu suhu bagus itu yang jadi argumen mengapa sopir malas mematikan mesin busnya. “Jika mesin bis dihidupkan itu perlu proses warming up sampai 10 menit agar panas, karena kemampuannya 9.000 cc jadi perlu pemanasan semakin lama baru dapat jalan,” lebih Suyadi.
Itu juga belum ditambahkan waktu pengisian solar ke bak bahan bakar bis yang memerlukan waktu tidak sebentar. Musababnya kapasitas bak bis demikian besar. Misalkan bis Hino R260 sekitaran 270 liter, dan Hino RN285 dapat sampai 350 liter.
Jaga Elemen Turbo Masih tetap Bekerja Baik
Selanjutnya terkait kembali dengan kerja turbo di mesin diesel bus. Elemen yang ini benar-benar peka jika mesin kerap dihidup atau dimatikan dalam intensif yang singkat. Jika diacuhkan karena itu turbo dapat cepat rusak.
Mengapa dapat demikian? Karena kerja turbo disokong oleh lubrikasi yang kerjanya dilakukan oleh perputaran mesin. Misalkan mesin langsung dimatikan dan putarannya stop, karena itu mekanisme pemulasan turbo turut stop, sementara turbo masih berotasi dalam kecepatan tinggi. Alasan Tentang Bus Saat Isi Solar Dan Parkir Tak Matikan Mesin.
Mengakibatkan turbo dapat cepat hancur karena putarannya tanpa pelumas. Oleh karena itu saat sebelum mematikan mesin, sopir harus hukumnya lakukan pendinginan. Sekurang-kurangnya agar temperatur mesin tidak begitu panas dan perputaran mesin mereda.
“Sama seperti saat ingin matikan mesin, janganlah lekas dimatiin, nanti dulu 3-5 menit agar mesin idling dahulu dan temperatur mesin tidak begitu panas, baru dapat dimatikan,” kompletnya.
Demikianlah rahasinya mengapa sopir bis pariwisata atau antara kota antara propinsi jarang-jarang sekali yang matikan mesin saat parkir, isi solar di SPBU. Hanya buat menjaga perform mesin selalu ideal.
Demikian Pembahasan Alasan Tentang Bus Saat Isi Solar Dan Parkir Tak Matikan Mesin.
2 Replies to “Alasan Tentang Bus Saat Isi Solar Dan Parkir Tak…”