Perubahan tehnologi yang makin hebat, banyak peralihan yang terjadi tidak kecuali di dunia otomotif. Salah satunya yang alami perubahan tehnologi pada otomotif ialah transmisi pada sepeda motor. Sekarang ini sudah ramai penerapan transmisi CVT pada pabrikasi sepeda motor dengan variasi produk motor matic. Continous Variable Transmission atau CVT sebagai mekanisme transmisi pada motor yang tidak mempunyai gigi perseneling dalam menjalankan tranmisi sama dalam motor bertransmisi manual. Langkah Kerja CVT (Continously Variable Transmision) Motor Matic.
Berikut kita akan mengulas berkenaan transmisi tipe ini atau CVT lebih dalam paa artikel ini.
PENGERTIAN CVT (CONTINOUSLY VARIABLE TRANSMISION)
Mekanisme CVT atau Continously Variable Transmission ialah mekanisme transmisi otomatis yang banyak diterapkan pada beberapa type sepeda motor saat ini. Pada mekanisme ini akan hasilkan perbedaan reduksi yang otomatis sesuai keadaan dari perputaran mesin, hingga pengendara motor terlepas dari kewajiban mengubah gigi hingga semakin nyaman dan rileks karena tidak ada gigi perseneling dalam memakainya.
Mekanisme CVT ini lebih banyak ditemui pada motor matic seperti Honda Vario, Honda Scoopy, Honda PCX, Yamaha Mio, Yamaha N-Max Suzuki Spin dan lain produk yang tersebar saat ini. Pada mekanisme CVT ada proses V-belt yang ada di ruang yang diperlengkapi mekanisme pendingin yang berfungsi untuk kurangi panas yang muncul karena gesekan saat motor berpijar dan jalan, hingga kan dapat tahan semakin lama dari mekanisme CVT. Konstruksi dari mekanisme saluran pendingin V-belt dibikin sebegiturupa yang hendak menyebabkan mekanisme terlepas dari kotoran/ air dan debu. Status dari lubang penghasilan udara pendingin dipasang semakin tinggi dari as roda buat menghindar masuknya air saat motor terjang di wilayah banjir.
KELEBIHAN CVT (CONTINOUSLY VARIABLE TRANSMISION)
Kelebihan khusus mekanisme CVT dibanding dengan mekanisme transmisi manual pada motor ialah bisa memberi peralihan dari kecepatan dan peralihan torsi oleh mesin ke roda belakang secara otomatis tanpa tekan mengubah perseneling atau kopling.
Karena ada perbedaan rasio yang paling pas tak perlu mengubah gigi, sama dalam motor yang memakai transmisi manual. Hingga, tidak bisa terjadi hentakan yang umum muncul pada perpindahan gigi pada mesin bermotor yang memakai transmisi manual.
Langkah Kerja CVT (Continously Variable Transmision) Motor Matic. Dengan peralihan kecepatan benar-benar halus dan dengan kekuatan mendaki yang bagus hingga tidak ada dampak loss power bila memakai tranmisi matic karena gas stabil tanpa dikurangkan seperti pemakaian dari transmisi manual.
Pada mekanisme CVT terdiri pulley primary dan pulley secondary yang disambungkan dengan V-belt. Gampang dalam penggantian elemen dan perawatan.
MEKANISME CVT(CONTINOUSLY VARIABLE TRANSMISION)
Rangakaian jalur tenaga pada mekanisme transmisi otomatis CVT diawali dari perputaran crankshaft. Sama dalam sepeda motor yang lain, pada proses awalnya motor agar hidup perlu untuk memutarkan kutub engkol agar terjadi proses starting. Ada dua langkah dalam memutar kutub engkol, yakni memakai elektrik starter dipakai motor listrik memiliki tenaga battery lebih dulu mengidupkan starter wheel, seterusnya memutarkan crankshaft. Dan langkah ke-2 memakai kick starter, saat sebelum perputaran sampai pada crankshaft, tenaga hentakan dari kick crank lebih dulu melalui kopling (One Way Clucth).
KOMPONEN CVT (CONTINOUSLY VARIABLE TRANSMISION)
Lihat gambar di bawah ini berkenaan beberapa bagian elemen pada CVT motor.
Di dalam CVT ada 4 elemen khusus yakni :
1. Primery Sliding Sheave
Pada primery sliding sheave sendiri ada banyak elemen simpatisan, yakni:
Fixed sheave, berfungsi sebagai penahan dari v-belt. Elemen ini tidak bergerak (fixed) dan memiliki bentuk piringan, umumnya di bagian seginya seperti kipas sebagai pendingin.
Sliding sheave, berfungsi untuk tekan v-belt dalam perputaran tinggi.karena sliding sheave ini bisa bergerak arah ke kanan atau ke kiri.
Collar, berfungsi sebagai tempat dudukan dari fixed sheave, sliding slider, dan sheave.
Slider, berfungsi sebagai penggerak roller. Roller sendiri akan menggerakkan sliding sheave.slider ini bergerak saat perputaran mesin tinggi.
Roller, berfungsi sebagai penekan sliding sheave. Langkah kerjanya ialah sesuai perputaran mesin, jika perputaran mesin tinggi karena itu roller akan tekan sliding sheave dan begitu halnya sebaliknya. Kerja pada roller memakai konsep style sentrifugal.
2. V-Belt
V-belt berfungsi sebagai penyambung di antara sliding sheave dan secondary sheave untuk melanjutkan perputaran mesin dari sliding sheave. Umumnya pada elemen v-belt ini mempunyai gerigi-gerigi yang di desain khusus supaya v-belt tidak begitu panas karena gesekan secara terus-terusan saat bekerja.
3. Secondary Sheave
Pada secondary sheave ada banyak bagian utama, yakni:
Sliding sheave, berfungsi untuk tekan v-belt. Ketidaksamaan dari sliding sheave di secondary sheave dengan sliding sheave yang ada di primary sheave ialah tidak ada sirip.
Fixed sheave, berfungsi sebagai penahan v-belt atau sisi statis (diam).
Per (spring), berfungsi sebagai penggerak sliding sheave.
Torque cam, berfungsi menolong tekan secara otomatis sliding sheave di saat motor membutuhkan akselerasi.
Clutch housing (rumah kopling), berfungsi sebagai penerus perputaran dari v-belt ke kutub roda
Sepatu kopling, berfungsi sebagai penyambung perputaran ke kutub roda belakang. Konsep kerjanya mode sentrifugal yakni bekerja sesuai perputaran tinggi rendahnya. Langkah Kerja CVT (Continously Variable Transmision) Motor Matic.
4. Gear Reduksi
Gear reduksi berfungsi untuk menyamakan perputaran mesin dengan roda. Untuk perawatan dari gear reduksi umumnya ada oli khusus untuk memulasi gear supaya kurangi gesekan yang ditukar secara periodik.
CARA KERJA CVT (CONTINOUSLY VARIABLE TRANSMISION)
Mekanisme langkah kerja CVT sepeda motor matic diawali dari perputaran stasioner atau rendah sampai ke perputaran tinggi. Lihat gambar bawah ini yang disebut pola kerja dari beragam status pada CVT.
Mekanisme langkah kerja CVT sepeda motor matic dirinci seperti berikut :
1. Perputaran Stasioner
Saat perputaran mesin stasioner (langsam), perputaran dari crankshaft dilanjutkan ke pulley primer, selanjutnya perputaran dilanjutkan ke pulley sekunder yang disambungkan oleh V-belt. Seterusnya perputaran dari pulley sekunder dilanjutkan ke kopling sentrifugal.
Karena perputaran masih rendah, karena itu kopling sentrifugal belum sanggup bekerja. Ini karena karena style tarik dari per kopling masih semakin kuat dibanding style sentrifugal, mengakibatkan sepatu kopling tidak bisa sentuh rumah kopling, sehingga(roda belakang tidak berputar-putar.
2. Saat Mulai Jalan
Langkah Kerja CVT (Continously Variable Transmision) Motor Matic. Saat perputaran mesin mulai bertambah, roda belakang mulai akan berputar-putar. Ini terjadi karena ada style sentrifugal yang makin kuat dibanding dengan style tarik.
Pada perputaran yang tinggi, sepatu kopling akan terlontar keluar hingga bisa melekat dengan rumah kopling. Saat keadaan ini, status dari v-belt di bagian puller diameternya kecil dan pada bagian pulley sekunder, diameter v-belt ada di bagian luar diameter besar.
3. Perputaran Menengah
Pada perputaran menengah, diameter v-belt ke-2 pulley ada pada status sama besar atau balance. Ini terjadi akibatnya karena style sentrifugal weight pada pulley primer yang bekerja dan menggerakkan sliding sheave sejalan dengan fixed sheave. Penekanan pada sliding sheave akan menyebabkan v-belt berubah ke lingkaran luar. Selanjutnya akan menarik v-belt pada pulley sekunder ke lingkaran dalam.
4. Perputaran Tinggi
Saat keadaan perputaran tinggi, diameter v-belt pada pulley primer akan semakin besar dibanding diameter v-belt pulley sekunder. Ini karena karena style sentrifugal weight yang makin tekan sliding sheave. Mengakibatkan, V-belt akan terlontar ke segi luar pulley primer.
SISTEM PENDINGINAN RUANG CVT (CONTINOUSLY VARIABLE TRANSMISION)
Sepanjang proses kerja mesin, perputaran yang terus-terusan akan memunculkan imbas panas. Akibatnya karena panas yang terlalu berlebih akan mengakibatkan kerusakan yang lumayan serius pada beberapa elemen dari CVT, misalkan pada elemen v-belt.
Oleh karenanya, panas yang dibuat karena perputaran mesin harus dikontrol dan diminimalisir supaya tidak berpengaruh pada elemen lainnya. Panas yang muncul pada ruangan CVT umumnya dikarenakan oleh ada koefisien gesek di bagian pulley, koefisien gesek pada kopling sentrifugal, dan akibatnya karena perputaran mesin. Langkah Kerja CVT (Continously Variable Transmision) Motor Matic.
Mekanisme pendinginan ruangan CVT pada umumnya memakai kipas pendingin dan memakai perputaran udara. Pada sepeda motor matic sudah diperlengkapi juga dengan saringan udara untuk memfilter kotoran yang lain dan debu.
Demikian Pembahasan Langkah Kerja CVT (Continously Variable Transmision) Motor Matic.
Sumber : geraiteknologi com